Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Nice To Meet You.. (Chapter 3)

Sebelumnya di  Chapter 2 .. Haikal. Anak lelaki kecil itu masih saja larut dalam keasyikannya menikmati suasana lalu lintas dari balik jendela Transjakarta yang kami tumpangi. Gadis itu pun kembali fokus pada buku yang dibacanya. Lalu aku, yang masih merasa ingin tahu lebih tentang gadis berjilbab tersebut hanya bisa mencuri pandang sesekali. Bus sedikit berjalan membelok ketika memasuki kawasan Bunderan Hotel Indonesia. Haikal kembali menunjuk ke arah luar jendela dengan mata yang terpana. Aku melihat gadis itu bereaksi akan sikapnya yang kekanak-kanakan. “ Itu Monumen Selamat Datang, Kal”. Serunya sambil menunjuk. Haikal kecil mendengarkan gadis itu. “ Kamu lihat juga patung itu sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan juga menghadap ke utara kan? Semua itu dimaksudkan untuk menyambut orang-orang yang datang dari arah Monas”. Jelasnya lagi. “ Menyambut apa tante?”. Tanya Haikal dengan tatapan mata polosnya. “ Begini Kal.. Pada tahun 1962, Jakarta meny

Rembulan Malam

Ku coretkan dengan sebuah pena pada selembar kertas yang tak berwarna.. Lihat, kini pena ku menari-nari diatas imajinasiku saat menggambarkan cantik raut wajahmu. Tak cukup ribuan karya untuk bisa menuliskan dan menafsirkan segala keindahan yg ada di dirimu. Karena bagiku, lebih dari sekedar apa yang kutulis, Dan butuh waktu yang teramat panjang untuk bisa kau tahu tentang ini. Ya, ku tahu fikir ku salah, mengapa hanya bisa ku kagumi? Entah, mungkin raga ini terlalu bodoh jika hanya berdiri tegar tanpa ada pergerakan. Meski keadaan menertawakan, ku tetap memilih untuk diam dan bersabar. Akan tetapi sebatas kenal denganmu adalah suatu terwujudnya sebagian dari mimpiku. Entah bagaimana aku mampu menyampaikan nya, hingga dewi asmara menjadi begitu indah. Terlihat oleh mata tapi tak yakin kau rasa, Hanya cukup dengan jiwa yang selalu menggerakkan raga. Kau rembukan malamku, Mentari di pagiku yang sejukkan jiwaku, Pelangi di senjaku Meski semu bagiku..

Nice To Meet You.. (Chapter 2)

Sebelumnya di  Chapter 1..   Bus Transjakarta yang aku naiki masih melaju dengan tenang.. “ Hai. Aku Alif Yusuf. Tadi penjelasanmu tentang patung di Bunderan Senayan itu bagus lho”. Kataku menyapanya memulai percakapan dengan gadis itu. Gadis itu menghentikan bacaannya lalu mendengarkan sapaanku tadi sambil mengerenyitkan dahi. Kami masih dibatasi keponakannya yang berdiri di bangku sambil melihat lalu lalang jalan dari balik jendela. “ Alif?”. Tanyanya. Aku pun mengangguk. “ A.. EL.. I.. EF..?”. Ejanya menyebut namaku. “ Iya benar. Itu namaku”. Jelasku padanya. Matanya berpendar menatapku lalu kemudian dia tertawa geli sendiri. Entah apa yang ada dibenaknya ketika mendengar namaku saat ini. Tapi senyum dan tawanya itu mampu untuk menarik simpatiku padanya. “ Mungkin kamu pernah mendengar namaku ya? Aku novelis. Novel pertamaku menjadi best seller tahun kemarin!”. Jelasku mengejar maksud tawanya itu. “ Tidak. Bahkan aku tak tahu novelmu yang menjadi be

Nikah atau S2?

Malam itu saat menikmati secangkir coklat panas setelah hujan turun membasahi wilayah utara Ibukota jakarta tiba tiba ponselku berdering. “ Nikah sama yang mau membiayai S2 ”. Sebuah jawaban menggelitik muncul di grup whatsapp membuat penulis terinspirasi untuk bercerita melalui tulisan sederhana ini. Jawaban itu merupakan respons dari pertanyaan salah satu rekan penulis yang sepertinya sedang disibukkan oleh sebuah pilihan pelik, memilih untuk menikah atau melanjutkan pendidikan strata 2. Aku jadi berpikir, apa benar keputusan menentukan satu diantara dua kemungkinan itu terdengar sulit. Penulis dengan analisa sederhananya mencoba menguraikan statement tentang pilihan “Nikah atau S2?” tersebut. Mungkin ketika mendengar dua pilihan itu, hal pertama yang penulis ingat adalah sebuah iklan televisi beberapa waktu yang lalu, tapi bila kita mau merenung jauh kedepan ada hal terpenting yang penulis dapati disana. Beberapa orang mungkin memilih menikah setelah mengenyam pendidikan S2