Sebelumnya di Chapter 2 .. Haikal. Anak lelaki kecil itu masih saja larut dalam keasyikannya menikmati suasana lalu lintas dari balik jendela Transjakarta yang kami tumpangi. Gadis itu pun kembali fokus pada buku yang dibacanya. Lalu aku, yang masih merasa ingin tahu lebih tentang gadis berjilbab tersebut hanya bisa mencuri pandang sesekali. Bus sedikit berjalan membelok ketika memasuki kawasan Bunderan Hotel Indonesia. Haikal kembali menunjuk ke arah luar jendela dengan mata yang terpana. Aku melihat gadis itu bereaksi akan sikapnya yang kekanak-kanakan. “ Itu Monumen Selamat Datang, Kal”. Serunya sambil menunjuk. Haikal kecil mendengarkan gadis itu. “ Kamu lihat juga patung itu sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan juga menghadap ke utara kan? Semua itu dimaksudkan untuk menyambut orang-orang yang datang dari arah Monas”. Jelasnya lagi. “ Menyambut apa tante?”. Tanya Haikal dengan tatapan mata polosnya. “ Begini Kal.. Pada tahun 1962, Jakarta meny
Sebuah cara untuk mulai bercerita tentang ide, tulisan dan semua yang diceritakan dari sudut pandang gue yang sederhana.