Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

WAKTU...

Aku adalah waktu.. Waktu itu adalah peluang Waktu itu adalah kesempatan Waktu aku adalah waktu yang sunyi Dan waktu ini waktu nya aku untuk memulai. Sekarang Aku pergi kemana saja ketempat yang aku inginkan, Sekedar Tenang tak cukup.. Aku menjumpai malam dan temukan kenyamanan.. Ya.. malam ini lebih terang dari sebelum nya.. Waktu ku di dalam waktu yang terang.. Waktu yg menunjukan keindahan nya saat Sepertiga malam.. Aku merasa terpanggil. Terdiam ku Memandang kepada bulan yang selalu saja menatap ku. Seperti memperhatikan ku, seolah ingin menyapa ku. Menanyakan keberadaan ku.. Aku yang hanya ditemani oleh kesunyian dan rintik hujan yg membasahi daratan yg lelah seperti jiwa nya.. sendiri ku di halaman rumah yang sederhana sedikit remang cahaya lampu nya, ku sandarkan rasa ini sejenak lalu ku tuang tumpuan ku sekejap bersama hujan Ucap ku kepada bulan, " Aku terbangun, Terpanggil oleh syahdu kesunyian di malam ini, La

Temanku, Rivalku! (ups)

Ada pepatah jawa yang penulis ingat belakangan ini, berbunyi “ Witing tresno jalaran soko kulino ” yang artinya kurang lebih cinta bisa datang karena sering bertemu. Terdengar pas pepatah tersebut jika dikaitkan dengan keadaan 2 sahabat penulis yang kesemuanya lelaki, yang pada saat ini ‘sepertinya’ menaruh hati pada satu wanita yang sama dan dibawah naungan komunitas yang sama pula. Lalu apa ada yang salah? Tidak ada. Intensitas pertemuan yang berkesinambungan bisa saja dijadikan alasan untuk perasaan itu hadir. Toh, jika hati itu berpendar dengan semestinya bukankah merupakan sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Atau mungkin mengatasnamakannya dalam sebuah persahabatan yang terjalin erat? Di film beken bollywood Kuch Kuch Hota Hai, SRK menerjemahkan rasa itu dengan istilah: Love is Friendship . Bukan sesuatu yang salah kan? Aku mengenalmu, aku bersahabat denganmu, aku memahamimu, lantas apa salah jika aku berharap lebih padamu? Sekali lagi perasaan itu hadir diantara

Ifthar with JICBS, Menguji Eksistensi Alumninya!

Bagi kamu yang menyukai blog ini, pasti sudah tidak heran dengan begitu banyaknya artikel yang ditulis mengenai Jakarta Islamic Centre Broadcast School (JICBS) dengan segala cerita dan orang-orang inspiratif didalamnya. Kali ini, penulis akan mengetengahkan satu rencana kegiatan yang akan diadakan pada bulan Ramadhan nanti. Seperti judul yang kamu baca, penulis ingin menukil tentang sebuah eksistensi dari satu kegiatan setelah masa pelatihan jurnalistik islami yang berlangsung selama 2 bulan itu, telah menjadi pelecut bagi para alumni didalamnya untuk dapat berkiprah lebih jauh ketika terjun di masyarakat umum. Bentuk eksistensi yang ditawarkan dan dikembangkan beragam jenisnya, tergantung bagaimana kemampuan intuisi itu bergerak mengikuti perkembangan zaman yang semakin memasuki era globalisasi dewasa ini. Bagi alumni JICBS sendiri, kegiatan edutainment dengan panti asuhan di Jakarta Utara yang akan berlangsung pada tanggal 10 Juni 2017 dan bertempat di ruang teater Jakart

Cinta Untuk Esok

“ Naya? Kamu Naya kan?” Gadis didepan pintu ruang tamu itu tersenyum dengan manis. Parasnya yang cantik terbalut hijab berwarna merah muda sungguh memukau pandangan mata. Tatapannya meneduhkan, laksana bidadari yang datang menyapa Faris sore ini. “ Iya. Kamu benar Ris. Ini aku Kanayya. Musuhmu yang sering kamu nasehati itu”. Jawabnya lugas. Senyum manis masih terukir jelas disana. Faris hanya tertawa kecil mendengar jawaban tadi. Faris tak mampu untuk berkata apa lagi tentang yang terjadi pada Naya saat ini. Dihadapannya kini berdiri seorang gadis berhijab yang sepertinya baru dia kenal. Bukan Naya, temannya ataupun juga bisa disebut musuhnya di kampus yang selalu berpakaian mengundang syahwat, berani menentangnya dalam berbagai retorika pentingnya ketaatan beragama di Forum Dakwah Kampus atau juga Naya si bintang kampus dengan banyaknya laki-laki yang memperebutkan perhatian gadis manis itu. “ Koq kamu diam Ris? Apa kamu tidak berniat menyuruhku duduk?”. Naya terseny

Royyani Habibah, Sebuah Cerita Seorang Pendidik..

Hidup bagiku, Royyani Habibah, seorang muslimah berusia 18 tahun adalah tentang sebuah perjuangan dan dedikasi demi meraih apa yang aku cita-citakan sejak lama. Aku yang teramat mencintai dunia pendidikan, pernah merasa kehilangan arah ketika di suatu hari di tahun 2016, setapak titian yang coba aku sentuh menghentikan langkahku untuk berpijak lebih jauh. Aku gagal masuk perguruan tinggi negeri idaman para pahlawan tanpa tanda jasa itu. Kekalutan menimpaku, menusuk relungku dan mematikan semangatku untuk sesaat. Apa aku pantas menyalahi kegagalanku disana? Apa ketika kenyataan yang tak mau berkompromi dengan impianku itu layak untuk ku kutuki? Kamu tahu, aku tak seputus asa yang kau bayangkan. Minat dan bakatku tidak pernah mati semudah api yang ditiup angin. Minat dan bakat yang aku miliki menjadi berkah alamiah dari Sang Pencipta yang patut aku syukuri. Kini kamu akan heran mendengarnya, bahwa kini aku telah menjadi seorang guru. Sebuah profesi yang aku impikan berada dalam g

Welcome JICBS#4

Ahad, 9 April 2017 kemarin, bertempat di ruang teater Jakarta Islamic Centre, acara bertajuk “ Stadium General ” diadakan dalam rangka pengumuman akhir siapa saja yang berhasil dengan skor nilai memuaskan dari seleksi di minggu sebelumnya untuk masuk menjadi bagian dari program tahunan yang ada disana, yaitu JIC Broadcast School (JICBS) angkatan ke 4. Yup.. jika kamu bertanya apa di angkatan kali ini jauh lebih keren dan berbakat dibanding angkatan penulis di JICBS#3 , jawabannya akan tentatif sekali, bisa ya namun bisa juga tidak. Tapi bagi penulis yang kebetulan menghadiri acara rilis ini, mendapati sekumpulan pemuda dan pemudi islam yang dirasa mempunyai potensi jauh luar biasa dibandingkan angkatan sebelumnya. Hal itu bisa dilihat dari sikap kritis yang ditunjukkan saat sesi tanya jawab seputar film “Masjid Sahabatku” yang memenangkan penghargaan untuk kategori film terbaik pada angkatan kami sebelumnya. Banyak kritik serta saran yang membangun dari para “adik” kami te

Minta Oleh-Oleh!

Teman akrab kamu tiba-tiba mengumumkan dirinya kalau dia mau liburan akhir pekan ini. keluar negeri pula!! Reaksi kamu so pasti minta oleh-oleh dong ya? Benar kan.. Nah, maka dari itu, penulis punya pandangan nih tentang etis gak sih minta oleh-oleh gitu.. cekidott! HARUS! Ini sih bener banget. Masa teman ukurannya sudah akrab dari TK sampai kuliah bareng, terus pas dia travelling kamu gak minta oleh-oleh? Kamu melewatkan kesempatan yang gak datang 2 kali lho. Apalagi jika tempat yang dia kunjungi mungkin gak masuk list tujuan hidup kamu, misalnya tur keliling Zimbabwe atau plesiran di Suriname.. GAK HARUS, TAPI MESTI SIH. Tingkat niat mintanya lebih dibawah yang tadi, tapi tetap harus diperjuangkan lho! Ingat, segala yang diperjuangkan dengan niat itu, hasilnya pasti luar biasa.. CUKUP INGETIN AJA BIAR GAK LUPA. Kamu tahu nih kalo teman kamu tuh orangnya low respons banget sama urusan yang beginian. Tipe teman kamu suka gak peka kalau gak diingetin, mirip sapaan m

Nice To Meet You.. (Chapter 3)

Sebelumnya di  Chapter 2 .. Haikal. Anak lelaki kecil itu masih saja larut dalam keasyikannya menikmati suasana lalu lintas dari balik jendela Transjakarta yang kami tumpangi. Gadis itu pun kembali fokus pada buku yang dibacanya. Lalu aku, yang masih merasa ingin tahu lebih tentang gadis berjilbab tersebut hanya bisa mencuri pandang sesekali. Bus sedikit berjalan membelok ketika memasuki kawasan Bunderan Hotel Indonesia. Haikal kembali menunjuk ke arah luar jendela dengan mata yang terpana. Aku melihat gadis itu bereaksi akan sikapnya yang kekanak-kanakan. “ Itu Monumen Selamat Datang, Kal”. Serunya sambil menunjuk. Haikal kecil mendengarkan gadis itu. “ Kamu lihat juga patung itu sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan juga menghadap ke utara kan? Semua itu dimaksudkan untuk menyambut orang-orang yang datang dari arah Monas”. Jelasnya lagi. “ Menyambut apa tante?”. Tanya Haikal dengan tatapan mata polosnya. “ Begini Kal.. Pada tahun 1962, Jakarta meny