Sebelumnya
di Chapter 2..
Bus
sedikit berjalan membelok ketika memasuki kawasan Bunderan Hotel
Indonesia. Haikal kembali menunjuk ke arah luar jendela dengan mata
yang terpana. Aku melihat gadis itu bereaksi akan sikapnya yang
kekanak-kanakan.
“Itu
Monumen Selamat Datang, Kal”. Serunya sambil menunjuk. Haikal kecil
mendengarkan gadis itu.
“Kamu
lihat juga patung itu sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan
juga menghadap ke utara kan? Semua itu dimaksudkan untuk menyambut
orang-orang yang datang dari arah Monas”. Jelasnya lagi.
“Menyambut
apa tante?”. Tanya Haikal dengan tatapan mata polosnya.
“Begini
Kal.. Pada tahun 1962, Jakarta menyambut tamu-tamu kenegaraan di
Bunderan Hotel Indonesia ini. Saat itu, Presiden Soekarno membangun
monumen tersebut dalam rangka Asian Games IV yang diadakan di
Jakarta. Para atlet menginap di Hotel Indonesia dan bertanding di
komplek olahraga Ikada, atau yang kamu kenal sekarang Gelora Bung
Karno”.
Haikal
kembali mengerti akan jawaban tantenya tersebut. Aku yang berada
disamping anak itu lagi-lagi harus kembali mengakui kepiawaian gadis
ini menjelaskan sejarah monumen yang kami lewati.
“Kamu
luar biasa. Kamu ini ahli sejarah ya?”. Sahutku padanya.
“Tapi
penjelasanmu sedari tadi memukau lho. Sungguh!”. Jawabku serius.
Gadis itu kembali hanya memandangiku dan mengumbar senyum.
Tak
berselang lama, suara pengeras dalam Transjakarta mengumumkan bahwa
bis akan memasuki halte Sarinah. Gadis itu bersiap diri. Rupanya
disinilah waktu untuk kami akan berpisah. Dia lalu berdiri dan
menggandeng erat tangan keponakan laki-lakinya yang lucu itu.
“Hei.
Aku belum tahu siapa namamu?”. Tanyaku.
Gadis
itu mengurai senyum kembali padaku. Dia tampak berpikir sejenak dan
terasa ada keraguan disana. Kemudian dengan tawa yang mengembang dia
pun berujar:
“Namaku
sangat mirip dengan nama depanmu. Aku berharap suatu saat kita akan
bertemu lagi ya!”.
Pintu
busway pun terbuka lalu tak beberapa lama menutup kembali. Gadis itu
dan keponakannya menghilang dari jangkauan mataku di keramaian halte
Sarinah siang ini. Menyisakan aku yang hanya bisa tetap memendam
kagum akan dirinya di penghujung cerita yang belum berakhir ini..
“Dedicated
to a friend who loves you and happy to see you happy..”
Sumber
Info: Wikipedia.
Komentar
Posting Komentar