Langsung ke konten utama

Nice To Meet You.. (Chapter 3)

Sebelumnya di Chapter 2..

Image result for patung bundaran hiHaikal. Anak lelaki kecil itu masih saja larut dalam keasyikannya menikmati suasana lalu lintas dari balik jendela Transjakarta yang kami tumpangi. Gadis itu pun kembali fokus pada buku yang dibacanya. Lalu aku, yang masih merasa ingin tahu lebih tentang gadis berjilbab tersebut hanya bisa mencuri pandang sesekali.

Bus sedikit berjalan membelok ketika memasuki kawasan Bunderan Hotel Indonesia. Haikal kembali menunjuk ke arah luar jendela dengan mata yang terpana. Aku melihat gadis itu bereaksi akan sikapnya yang kekanak-kanakan.

Itu Monumen Selamat Datang, Kal”. Serunya sambil menunjuk. Haikal kecil mendengarkan gadis itu.

Kamu lihat juga patung itu sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan juga menghadap ke utara kan? Semua itu dimaksudkan untuk menyambut orang-orang yang datang dari arah Monas”. Jelasnya lagi.

Menyambut apa tante?”. Tanya Haikal dengan tatapan mata polosnya.

Begini Kal.. Pada tahun 1962, Jakarta menyambut tamu-tamu kenegaraan di Bunderan Hotel Indonesia ini. Saat itu, Presiden Soekarno membangun monumen tersebut dalam rangka Asian Games IV yang diadakan di Jakarta. Para atlet menginap di Hotel Indonesia dan bertanding di komplek olahraga Ikada, atau yang kamu kenal sekarang Gelora Bung Karno”.

Haikal kembali mengerti akan jawaban tantenya tersebut. Aku yang berada disamping anak itu lagi-lagi harus kembali mengakui kepiawaian gadis ini menjelaskan sejarah monumen yang kami lewati.
Kamu luar biasa. Kamu ini ahli sejarah ya?”. Sahutku padanya.

Image result for siluet gadis berhijabBukan seorang ahli, hanya yang sekedar menyukai..”. Jelasnya. Wahai senyum yang terukir di bibirnya mampu menggores ketenanganku.

Tapi penjelasanmu sedari tadi memukau lho. Sungguh!”. Jawabku serius. Gadis itu kembali hanya memandangiku dan mengumbar senyum.

Tak berselang lama, suara pengeras dalam Transjakarta mengumumkan bahwa bis akan memasuki halte Sarinah. Gadis itu bersiap diri. Rupanya disinilah waktu untuk kami akan berpisah. Dia lalu berdiri dan menggandeng erat tangan keponakan laki-lakinya yang lucu itu.

Hei. Aku belum tahu siapa namamu?”. Tanyaku.

Gadis itu mengurai senyum kembali padaku. Dia tampak berpikir sejenak dan terasa ada keraguan disana. Kemudian dengan tawa yang mengembang dia pun berujar:

Namaku sangat mirip dengan nama depanmu. Aku berharap suatu saat kita akan bertemu lagi ya!”.

Pintu busway pun terbuka lalu tak beberapa lama menutup kembali. Gadis itu dan keponakannya menghilang dari jangkauan mataku di keramaian halte Sarinah siang ini. Menyisakan aku yang hanya bisa tetap memendam kagum akan dirinya di penghujung cerita yang belum berakhir ini..

Dedicated to a friend who loves you and happy to see you happy..”


Sumber Info: Wikipedia.

Komentar

Cerita Unggulan

Tentang JICBS#3 !!

Beberapa waktu yang lalu, sebelum aku benar-benar lupa tentang mereka yang pernah singgah di kehidupanku yang dinamis tiap akhir pekan, maka aku ingin menyematkan semua yang teringat dalam ingatan untukku tuangkan melalui goresan kecil dalam cerita ini. Cerita ini tentang petualanganku dengan mereka, remaja-remaji ajaib yang entah sudah menjadi suratan takdir aku harus bertemu dengan mereka. Di awali dengan tawaran teman kuliahku yang lucunya seperti Majin Buu dalam manga Dragon Ball itu untuk mengikuti pelatihan jurnalistik islami di Jakarta Islamic Centre bertajuk “JICBS#3” melalui google document yang dia kirimkan di hari itu ba’da shalat Jumat. Aku yang memang suka sekali terhadap hal-hal yang bersifat challenging sedari dulu akhirnya mengisi juga form tersebut. Singkat kata akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi di sana. Sebuah pengalaman baru menantiku, baca berita di panggung! . Untuk orang yang terbiasa mengurusi bermacam kegiatan di kampus dan me...

Temanku, Rivalku! (ups)

Ada pepatah jawa yang penulis ingat belakangan ini, berbunyi “ Witing tresno jalaran soko kulino ” yang artinya kurang lebih cinta bisa datang karena sering bertemu. Terdengar pas pepatah tersebut jika dikaitkan dengan keadaan 2 sahabat penulis yang kesemuanya lelaki, yang pada saat ini ‘sepertinya’ menaruh hati pada satu wanita yang sama dan dibawah naungan komunitas yang sama pula. Lalu apa ada yang salah? Tidak ada. Intensitas pertemuan yang berkesinambungan bisa saja dijadikan alasan untuk perasaan itu hadir. Toh, jika hati itu berpendar dengan semestinya bukankah merupakan sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Atau mungkin mengatasnamakannya dalam sebuah persahabatan yang terjalin erat? Di film beken bollywood Kuch Kuch Hota Hai, SRK menerjemahkan rasa itu dengan istilah: Love is Friendship . Bukan sesuatu yang salah kan? Aku mengenalmu, aku bersahabat denganmu, aku memahamimu, lantas apa salah jika aku berharap lebih padamu? Sekali lagi perasaan itu hadir diantara...

Nice To Meet You.. (Chapter 2)

Sebelumnya di  Chapter 1..   Bus Transjakarta yang aku naiki masih melaju dengan tenang.. “ Hai. Aku Alif Yusuf. Tadi penjelasanmu tentang patung di Bunderan Senayan itu bagus lho”. Kataku menyapanya memulai percakapan dengan gadis itu. Gadis itu menghentikan bacaannya lalu mendengarkan sapaanku tadi sambil mengerenyitkan dahi. Kami masih dibatasi keponakannya yang berdiri di bangku sambil melihat lalu lalang jalan dari balik jendela. “ Alif?”. Tanyanya. Aku pun mengangguk. “ A.. EL.. I.. EF..?”. Ejanya menyebut namaku. “ Iya benar. Itu namaku”. Jelasku padanya. Matanya berpendar menatapku lalu kemudian dia tertawa geli sendiri. Entah apa yang ada dibenaknya ketika mendengar namaku saat ini. Tapi senyum dan tawanya itu mampu untuk menarik simpatiku padanya. “ Mungkin kamu pernah mendengar namaku ya? Aku novelis. Novel pertamaku menjadi best seller tahun kemarin!”. Jelasku mengejar maksud tawanya itu. “ Tidak. Bahkan aku tak tahu novelmu yang m...