Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Sebuah Jurnalistik..

Hidup dengan segala kompleksitas keberadaannya telah menjadikan hasrat informasi jurnalistik didalamnya jadi teramat demikian penting. Banyak literatur berupa buku, koran, majalah hingga situs berita online telah mengakar dan membudaya menjadi santapan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan manusia dengan porsi yang berbeda-beda. Jurnalistik sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang penulis kutip berarti segala sesuatu yang menyangkut dengan kewartawanan dan persuratkabaran, serta mengolah dan menyiarkan berita melalui alat sebagai media informasi. Lalu bagaimana jurnalistik dalam perspektif islam? Sebagai agama Rahmatan Lil Alamin, islam telah mengatur dengan indah perihal perkara tentang kabar berita, seperti tertuang dalam Alquran surat Al Hujurat ayat 6: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keada

How About MUSIC!!!!

Music ? Ya, My Music My Life.. Oke, kali ini gue bakal bicara tentang pandangan gue kepada musik. Musik.. Bagi gue musik adalah suatu fenomena yang dahsyat , dimana ga sedikit orang yg mampu menciptakan/melahirkan karya seni via musik, Memang pada dasar nya bermusik itu tidak lah mudah. Dimana si pemusik ini harus mampu membuat hasil karya nya bagus seindah mungkin. Mengapa? So.. tujuan kita bermusik kan khusus nya buat para pendengar, Ya walaupun ada si beberapa pelaku yg bermusik hanya untuk melepas segala sesuatu yg ada dibenak atau sesuatu yg ia rasakan lewat inspirasi dari si artis ini, Gak salah kok, Seniman bebas berkarya :) Memang pada awal nya, Musik sendiri diciptakan dari seorang yg bernama Al Farabi, Beliau adalah maestro musik. Beliaulah yang menemukan Not Musik. Beliau lahir di Desa Wasij, Transoxiana pada tahun 870 M. Kalo ga salah ya heheh. Yuk lanjut. Bagi gue, mendengar musik adalah sejenis hiburan. Bahkan lebih dari sekedar itu, Deng

"Berkorban Rasa"

Bicara di libur panjang kali ini, tentu kita akan bicara tentang Idul Adha, Kisah teladan dari keluarga Nabi Ibrahim dan tentu saja berkurban. Jika kita bicara kurban atau korban, tentu kita sebagai rakyat di negeri subur makmur gemah ripah loh jinawi ini tentu saja akrab dengan apa yang disebut pengorbanan sehari-hari meski dalam dimensi yang berbeda esensinya. Bahkan menjelang hari raya kemarin pun, mamah-mamah kita sudah diminta untuk berkorban, korban perasaan lebih tepatnya. Melihat harga bahan pokok yang demikian tinggi, sudah pasti harus dibarengi dengan keikhlasan hati dan kesabaran tingkat tinggi. Papah-papah juga diminta untuk berkorban, mengurangi jatah rokok misalnya demi menutupi uang belanja istri yang kurang akibat kenaikan rutin sembako menjelang lebaran, yang Alhamdulillah kenaikan rokoknya ternyata cuma berita palsu penglaris headline koran dan berita online. Dan juga adik-adik yang masih sibuk menimba ilmu, berkorban waktu serta energi demi menyongsong masa depan

Celoteh Novi..

Dalam kesempatan penulisan kali ini, penulis ingin menceritakan perbincangan penulis dengan seorang teman wanita yang sejak bulan Ramadhan lalu telah mengubah penampilan sehari-hari dengan berhijab. Perbincangan ini tidak mengandung tendensi apapun, hanya sebagai bentuk penulisan bersifat suka-suka dan tidak bermaksud sama sekali untuk menggurui siapapun. “Bagaimana perasaan kamu setelah berhijab?”. “Jauh lebih tenang sekarang”. “Cuma sesimpel itu? Selebihnya?”. “Banyak sih sebenarnya…”. “Merasa lebih dekat dengan Allah, lebih dihargai orang lain kalau di jalan, juga jadi gak ada pandangan aneh-aneh yang liatin”. “Oooo.. Lalu hal apa yang mendorong kamu untuk mengenakan hijab?”. “Sebenarnya niat sudah sejak lama lho, tapi terkadang aku masih suka labil. Takut risihlah. Inilah itulah, jadinya malah gak terlaksana juga..”. (Menghela nafas sejenak). “Nah, waktu itu seragam yang aku pakai longgar banget kerahnya. Aku kan jadi malu. Jadi aku ada akal un

Catatan Seorang Sahabat

Hari ini penulis akan ceritakan sebuah kisah tentang seorang anak manusia yang menjadi teman karib semenjak SMA. Seorang Pathetic Boy yang selalu punya impian, harapan, berjiwa ekspektasi yang tinggi terhadap sesuatu, agamis dan beretorika kelas kacangan yang berkumpul menjadi satu dalam hati seorang filsuf dari tanah perfilman Bollywood. Tanpa bermaksud mengurangi dan menjatuhkan reputasi orang tersebut dengan tulisan sederhana ini, Penulis dengan permintaan khusus dari beliau akan membuat cerita tentang dirinya. Bagi yang berkenan membacanya, penulis ucapkan terima kasih. Masa Orientasi Siswa Hari ke 3.. Keadaan masih terasa pagi. Langkah demi langkah siswa mulai memasuki pelataran sekolah itu. Ada yang masih celingukan karena belum punya teman, ada yang terlihat cukup bodoh untuk ukuran siswa SMA serta ada juga yang beriringan berjalan meski masih tetap berbeda seragamnya. Semua membaur dalam suasana masa orientasi siswa yang telah memasuki hari ketiga ini. Jam di dinding

Yang Kadang Tak Dihiraukan

06:30 AM. Suasana masih begitu pagi ketika di sudut lorong kantor itu seorang cleaning service sedang memulai aktifitasnya. Seragamnya tampak sedikit basah oleh tumpahan air dari ember yang dibawanya tadi. Dengan sedikit menyeka keringat di mukanya, dicelupkannya kain pel yang yang juga dia bawa ke dalam ember itu. Dua tiga kali dia mengulanginya, kemudian memerasnya dengan sekuat tenaga. Tidak lupa juga dia menaruh papan peringatan berwarna kuning di ujung lorong untuk mengingatkan orang yang lewat kalau lantainya sedang licin. Dan sejurus kemudian, cleaning service itu dengan lincah mulai memainkan gagang pelnya itu ke kiri dan ke kanan untuk memulai pekerjaannya. Dengan gerak yang teratur, lantai itu mulai terlihat mengkilap oleh pekerjaannya. Sesekali ia kembali menyeka keringat di wajahnya yang mulai bercucuran. Pekerjaan cleaning service itu sebentar lagi selesai, lorong kantor yang lumayan besar itu hampir bersih sepenuhnya oleh kegesitannya dalam bekerja. Dari balik je

Malam Minggu Jomblo Positif

Malam minggu tiba.. Malam minggu tiba.. (sambil nyanyi ala tasya). Sambil menghayati setiap kata yang keluar dari mulutmu sembari jejingkrakkan, kamu pun akhirnya tersadar kalau kamu gak punya pacar. Kamu menjadi diam membeku. Kamu akhirnya jatuh terjerembab berlutut di lantai merenungi nasib dengan tatapan kosong. Sayup- sayup dari radio tetangga mengalun lagunya Kunto Aji yang beken itu. Kamu akhirnya makin teriris sembilu. Dan bersamaan dengan itu, di luar rumah hujan turun deras sekali. Menyedihkan sekali bukan.. Eh tunggu dulu, banyak koq hal-hal positif yang bisa dilakukan bagi mereka yang malam minggunya suka ngerasa kelabu lho. Semua dibuat berdasarkan ide iseng penulis ya.. ini dia: 1.              Ikut Kegiatan. Menurut pengamatan, teman gue sering banget mengikuti kegiatan semacam pengajian, karang taruna, marawisan yang semua kegiatan itu berlangsung pada malam minggu. Kamu bisa bertemu banyak orang, menambah ilmu dan wawasan, dan yang terlebih kamu bisa membunuh r

Bahagia Jika..

“Happiness is when what you think, what you say and what you do are in harmony”. – Mahatma Gandhi. Penulis berhenti menggunakan search engine di handhonenya pada satu kalimat indah yang dirangkai pemimpin besar India ini saat terpekur diselasar masjid satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Angin sepoi-sepoi ba’da Ashar yang menyejukkan bergerak semilir diantara keriuhan lalu lalang jamaah disekitar masjid. Gelak tawa bahagia anak-anak TPA yang akan menuntut ilmu pun semakin menambah ceria sore yang langitnya tampak sedikit mendung itu. Tatapan kebahagiaan, canda ria, tawa lepas dan senda gurau tak luput dari perhatiannya. BAHAGIA. Iya. Sore ini begitu banyak yang terlihat bahagia. Kata itu juga ada di browser handphoneku saat ini. Timbul ide iseng sedikit dipikiranku. Ku ketik sebuah pertanyaan buat orang-orang disekitar hidupku tentang hal-hal yang membuat mereka bahagia. Dan akhirnya, penulis mendapatkan jawaban mereka.. Hal yang membuatku bahagia, jika… 1.