Langsung ke konten utama

Cinta dan Kewaspadaan Kita


Cinta. Ah lagi-lagi penulis bicara tentang cinta. Wangi semerbak di taman bunga nirwana, yang harumnya tertiup semilir angin surgawi. Tiada yang mampu membantah sebuah cinta. Tentang hal yang menggetarkan, menggelorakan, bergejolak tak berkesudahan. Duhai engkau telah beruntung dalam hidup, diberkahi ilham dan anugerah cinta.

Cinta kepada lain jenis merupakan bagian dari fitrah seorang manusia. Sebab itu pula lah keberlangsungan hidup dapat tetap terjaga hingga kini. Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamiin telah mengandung dengan demikian indah di tiap syariat yang diajarkannya. Namun bagaimana jika ada yang menyalahgunakan fitrah itu tidak semestinya? tidak sesuai syariat yang berlaku? seperti yang terjadi di generasi negeri ini yang makin hari tampak semakin memprihatinkan saja.  Banyak terjadi pada anak muda sekarang ini cenderung terjerumus ke pergaulan bebas yang bergelimangan dosa. Banyak sudah tunas-tunas muda jatuh gugur sebelum mengepakkan kelopaknya yang merekah. Gugur sebagai akibat dari teriakan dosa durjana yang mengatasnamakan cinta yang membisik nurani mereka yang tak terjaga. Cinta yang semestinya merupakan fitrah bagi manusia itu menjadi seperti laksana berada dalam segelas anggur kepekatan, yang terlihat nikmat dirasa tapi ternyata memabukkan jiwa, mengkerdilkan hati dan perasaan, menyeret-nyeret ke dalam lumpur hisap kejahiliyahan diri.

Data yang berhasil penulis himpun dari berbagai sumber di internet mengabarkan bahwa selama 2013 saja, anak-anak usia 10 - 11 tahun yang hamil diluar nikah mencapai 600.000 kasus. Sedangkan remaja usia 15 - 19 tahun yang hamil diluar nikah mencapai 2,2 juta. Dan menurut data resmi BKKBN di tahun yang sama diketahui  1 dari 5 remaja putri Indonesia mengalami hamil diluar nikah, lalu hal yang sangat mengejutkan lagi terdapat 2,5 juta setiap tahun remaja putri yang melakukan praktek aborsi. Subhanallah!!.

Letupan-letupan kejadian semacam ini seharusnya bisa menjadi lecutan bagi kita selaku penggiat Qurani untuk bisa menempatkan dakwah kepada generasi muda, terutama remaja yang sedang mengalami masa transisi krisis indentitas diri, untuk dapat mengisi hari dengan kegiatan yang positif, kreatif serta bermanfaat bagi sesama. Bagaimana seharusnya kita selaku penggiat Qurani menerjemahkan cinta sebagai rahmat-Nya menjadi reprentasi al Quran menuju landasan utama membumikan al Quran dan melangitkan manusia. Bagaimana kita selaku penggiat Qurani, mampu memberi identifikasi bagi remaja sebagai generasi penerus dengan bentuk sirah nabawiyah yang menjadi teladan cinta terbaik di muka bumi. Peranan semua pihak dalam tanggap darurat perihal pengikisan akhlak remaja dewasa ini menjadi wajib hukumnya, sebelum bangsa yang besar makin kehilangan daya akan perilaku generasinya.

Sebelum menutup tulisan ini, penulis teringat sebuah nasehat penuh makna dari Ibnu Athaillah Asy Sakandariy, semoga kita dapat mengambil manfaatnya. Ia berkata: “Tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah Subhanahu Wataala yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah Subhanahu Wataala yang membuat hati merana!”.

*Artikel ini di publish secara luas disini!!!

Komentar

Cerita Unggulan

Tentang JICBS#3 !!

Beberapa waktu yang lalu, sebelum aku benar-benar lupa tentang mereka yang pernah singgah di kehidupanku yang dinamis tiap akhir pekan, maka aku ingin menyematkan semua yang teringat dalam ingatan untukku tuangkan melalui goresan kecil dalam cerita ini. Cerita ini tentang petualanganku dengan mereka, remaja-remaji ajaib yang entah sudah menjadi suratan takdir aku harus bertemu dengan mereka. Di awali dengan tawaran teman kuliahku yang lucunya seperti Majin Buu dalam manga Dragon Ball itu untuk mengikuti pelatihan jurnalistik islami di Jakarta Islamic Centre bertajuk “JICBS#3” melalui google document yang dia kirimkan di hari itu ba’da shalat Jumat. Aku yang memang suka sekali terhadap hal-hal yang bersifat challenging sedari dulu akhirnya mengisi juga form tersebut. Singkat kata akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi di sana. Sebuah pengalaman baru menantiku, baca berita di panggung! . Untuk orang yang terbiasa mengurusi bermacam kegiatan di kampus dan me...

Temanku, Rivalku! (ups)

Ada pepatah jawa yang penulis ingat belakangan ini, berbunyi “ Witing tresno jalaran soko kulino ” yang artinya kurang lebih cinta bisa datang karena sering bertemu. Terdengar pas pepatah tersebut jika dikaitkan dengan keadaan 2 sahabat penulis yang kesemuanya lelaki, yang pada saat ini ‘sepertinya’ menaruh hati pada satu wanita yang sama dan dibawah naungan komunitas yang sama pula. Lalu apa ada yang salah? Tidak ada. Intensitas pertemuan yang berkesinambungan bisa saja dijadikan alasan untuk perasaan itu hadir. Toh, jika hati itu berpendar dengan semestinya bukankah merupakan sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Atau mungkin mengatasnamakannya dalam sebuah persahabatan yang terjalin erat? Di film beken bollywood Kuch Kuch Hota Hai, SRK menerjemahkan rasa itu dengan istilah: Love is Friendship . Bukan sesuatu yang salah kan? Aku mengenalmu, aku bersahabat denganmu, aku memahamimu, lantas apa salah jika aku berharap lebih padamu? Sekali lagi perasaan itu hadir diantara...

Nice To Meet You.. (Chapter 2)

Sebelumnya di  Chapter 1..   Bus Transjakarta yang aku naiki masih melaju dengan tenang.. “ Hai. Aku Alif Yusuf. Tadi penjelasanmu tentang patung di Bunderan Senayan itu bagus lho”. Kataku menyapanya memulai percakapan dengan gadis itu. Gadis itu menghentikan bacaannya lalu mendengarkan sapaanku tadi sambil mengerenyitkan dahi. Kami masih dibatasi keponakannya yang berdiri di bangku sambil melihat lalu lalang jalan dari balik jendela. “ Alif?”. Tanyanya. Aku pun mengangguk. “ A.. EL.. I.. EF..?”. Ejanya menyebut namaku. “ Iya benar. Itu namaku”. Jelasku padanya. Matanya berpendar menatapku lalu kemudian dia tertawa geli sendiri. Entah apa yang ada dibenaknya ketika mendengar namaku saat ini. Tapi senyum dan tawanya itu mampu untuk menarik simpatiku padanya. “ Mungkin kamu pernah mendengar namaku ya? Aku novelis. Novel pertamaku menjadi best seller tahun kemarin!”. Jelasku mengejar maksud tawanya itu. “ Tidak. Bahkan aku tak tahu novelmu yang m...