Langsung ke konten utama

Momentum Untuk Hijrah



Bulan Muharram telah menjejakkan langkahnya beberapa hari. Dalam suasana pandemi Covid 19 ini kita seyogyanya tetap senantiasa mengucap rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberi dalam setahun kebelakang.

Bicara mengenai sejarah tahun baru hijriyah itu sendiri, tahun baru hijriyah merupakan sistem penanggalan Islam yang didasarkan pada peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Peristiwa tersebut menjadi starting point peradaban Islam menuju puncak kejayaan. Peristiwa hijrah itu merupakan titik awal membangun dakwah yang semula bersembunyi menjadi terang-terangan. Dari peristiwa hijrah itu, spirit iman menjadi nyata dalam kata dan perbuatan, sehingga tidak heran jika setelah hijrah banyak sekali para sahabat yang memiliki kepribadian unggul nan mengagumkan. Perubahan mindset benar-benar terjadi secara totalitas pada diri seluruh umat Islam kala itu.

Lalu bagaimana kita sebagai generasi Islam masa kini memaknai tahun baru Hijriyah ini sebagai sebuah momentum untuk hijrah?

Memaknai momentum untuk hirah di bulan nan baik ini merupakan parameter introspeksi diri terbaik untuk setiap muslim. Dengan berbuat baik, memperbaharui visi misi sebagai khalifah di muka bumi, menumbuhkan kasih sayang antar sesama, dan terus melangkah ke depan membangun kejayaan Islam yang bersahaja, serta arif dan bijaksana dalam menghadapi segala persoalan hidup. Kita yang tumbuh pada generasi islam yang terang benderang ini seharusnya dapat menjaga nyala api perjuangan Islam tetap berada koridornya. Islam yang Rahmatan Lil Alamiin. Agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam.

Dan kita sebagai generasi Qurani, pada kesempatan inilah saaatnya yang tepat bagi kita mencharge lagi spirit dalam beribadah. Giat bertilawah dan bermurojaah. Saling menyemangati dan mengingatkan antar teman seperjuangan dalam membumikan alQuran. Pada kesempatan di tahun baru nan indah ini, kita sebagai generasi Qurani seharusnya menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Sebagai generasi Qurani yang bukan merasa besar diri dan tampak suci, tapi menjunjung sepenuh hati dan mengedepankan etos kerja islami yang dinamis dan berintegritas tinggi. Mampu dan mau berjuang dalam jalan dakwah serta menjadi prototype dalam keseharian.

Sebelum mengakhiri cerita, ada satu ayat dalam surat An Nisaa ayat 100 sebagai penutup dari penulis, semoga kita bisa merenungi hikmahnya. Allah Subhanahu Wa Taala berfirman: “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak”.

Sumber: Beberapa info di internet.

Komentar

Cerita Unggulan

Tentang JICBS#3 !!

Beberapa waktu yang lalu, sebelum aku benar-benar lupa tentang mereka yang pernah singgah di kehidupanku yang dinamis tiap akhir pekan, maka aku ingin menyematkan semua yang teringat dalam ingatan untukku tuangkan melalui goresan kecil dalam cerita ini. Cerita ini tentang petualanganku dengan mereka, remaja-remaji ajaib yang entah sudah menjadi suratan takdir aku harus bertemu dengan mereka. Di awali dengan tawaran teman kuliahku yang lucunya seperti Majin Buu dalam manga Dragon Ball itu untuk mengikuti pelatihan jurnalistik islami di Jakarta Islamic Centre bertajuk “JICBS#3” melalui google document yang dia kirimkan di hari itu ba’da shalat Jumat. Aku yang memang suka sekali terhadap hal-hal yang bersifat challenging sedari dulu akhirnya mengisi juga form tersebut. Singkat kata akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi di sana. Sebuah pengalaman baru menantiku, baca berita di panggung! . Untuk orang yang terbiasa mengurusi bermacam kegiatan di kampus dan me...

Temanku, Rivalku! (ups)

Ada pepatah jawa yang penulis ingat belakangan ini, berbunyi “ Witing tresno jalaran soko kulino ” yang artinya kurang lebih cinta bisa datang karena sering bertemu. Terdengar pas pepatah tersebut jika dikaitkan dengan keadaan 2 sahabat penulis yang kesemuanya lelaki, yang pada saat ini ‘sepertinya’ menaruh hati pada satu wanita yang sama dan dibawah naungan komunitas yang sama pula. Lalu apa ada yang salah? Tidak ada. Intensitas pertemuan yang berkesinambungan bisa saja dijadikan alasan untuk perasaan itu hadir. Toh, jika hati itu berpendar dengan semestinya bukankah merupakan sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Atau mungkin mengatasnamakannya dalam sebuah persahabatan yang terjalin erat? Di film beken bollywood Kuch Kuch Hota Hai, SRK menerjemahkan rasa itu dengan istilah: Love is Friendship . Bukan sesuatu yang salah kan? Aku mengenalmu, aku bersahabat denganmu, aku memahamimu, lantas apa salah jika aku berharap lebih padamu? Sekali lagi perasaan itu hadir diantara...

Nice To Meet You.. (Chapter 2)

Sebelumnya di  Chapter 1..   Bus Transjakarta yang aku naiki masih melaju dengan tenang.. “ Hai. Aku Alif Yusuf. Tadi penjelasanmu tentang patung di Bunderan Senayan itu bagus lho”. Kataku menyapanya memulai percakapan dengan gadis itu. Gadis itu menghentikan bacaannya lalu mendengarkan sapaanku tadi sambil mengerenyitkan dahi. Kami masih dibatasi keponakannya yang berdiri di bangku sambil melihat lalu lalang jalan dari balik jendela. “ Alif?”. Tanyanya. Aku pun mengangguk. “ A.. EL.. I.. EF..?”. Ejanya menyebut namaku. “ Iya benar. Itu namaku”. Jelasku padanya. Matanya berpendar menatapku lalu kemudian dia tertawa geli sendiri. Entah apa yang ada dibenaknya ketika mendengar namaku saat ini. Tapi senyum dan tawanya itu mampu untuk menarik simpatiku padanya. “ Mungkin kamu pernah mendengar namaku ya? Aku novelis. Novel pertamaku menjadi best seller tahun kemarin!”. Jelasku mengejar maksud tawanya itu. “ Tidak. Bahkan aku tak tahu novelmu yang m...