Langsung ke konten utama

Royyani Habibah, Sebuah Cerita Seorang Pendidik..

Hidup bagiku, Royyani Habibah, seorang muslimah berusia 18 tahun adalah tentang sebuah perjuangan dan dedikasi demi meraih apa yang aku cita-citakan sejak lama. Aku yang teramat mencintai dunia pendidikan, pernah merasa kehilangan arah ketika di suatu hari di tahun 2016, setapak titian yang coba aku sentuh menghentikan langkahku untuk berpijak lebih jauh. Aku gagal masuk perguruan tinggi negeri idaman para pahlawan tanpa tanda jasa itu. Kekalutan menimpaku, menusuk relungku dan mematikan semangatku untuk sesaat. Apa aku pantas menyalahi kegagalanku disana? Apa ketika kenyataan yang tak mau berkompromi dengan impianku itu layak untuk ku kutuki? Kamu tahu, aku tak seputus asa yang kau bayangkan. Minat dan bakatku tidak pernah mati semudah api yang ditiup angin.

Minat dan bakat yang aku miliki menjadi berkah alamiah dari Sang Pencipta yang patut aku syukuri. Kini kamu akan heran mendengarnya, bahwa kini aku telah menjadi seorang guru. Sebuah profesi yang aku impikan berada dalam genggamanku. Kini aktifitas yang kujalani dipenuhi banyak hal lucu nan menggemaskan. Aku sekarang mengajar di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Al Maidah. Setiap hari yang ku lalui dipenuhi canda tawa dari mereka yang dengan senyum mungilnya memanggilku dengan riang: Bu Guru…Aku bahagia benar mendengarnya. Dengan penuh kebanggaan untuk menciptakan generasi emas bangsa di masa depan, aku bisa mengatakan pekerjaan ini adalah pekerjaan terbaik di dunia!. Satu pekerjaan lainnya dibidang kependidikan juga menyibukkan hariku setiap waktunya. Di sebuah lembaga bimbingan belajar bernama NEC, aku menjadi seorang tutor outproject science club. Berbagai pengalaman menarik yang tak habis rasanya kalau aku ceritakan disini ketika berada disana menambah sederetan ilmu baru yang tersimpan dalam memori kepalaku ini. Satu pelajaran penting ketika aku berada disana adalah tentang arti sebuah kerjasama yang sesungguhnya. Karena suatu waktu, disaat aku menemukan kendala teknis, tutor yang lain dapat meng-handle masalah itu, lalu diantara tutor yang satu dengan tutor yang lain juga saling memberikan motivasi. Kamu juga harus tahu satu hal, aku tak pernah melupakan pendidikan yang ku tempuh sedetik pun. Jika di siang hari aku menjunjung tinggi dedikasi dalam dunia pengajaran yang ku cintai, maka malam hari aku dilarutkan dengan tugasku sebagai seorang mahasiswi di sebuah akademi dengan konsentrasi di bidang informatika. Jangan pula kamu bertanya aku lelah atau tidak, karena hal itu tidak mengendurkan semangatku sama sekali.

Kini, impian itu sudah terwujud meski belum sempurna benar tampaknya. Aku juga manusia biasa, terlebih aku termasuk remaja di usia yang belum mencapai kepala dua, masih ingin terus berkarya dan mengembangkan diriku lebih baik kedepannya. Aku berharap kepada remaja muslim yang membaca ceritaku ini, mari bercita-cita dengan positif dan tunjukkan bahwa kalian mampu membuat perubahan pada masyarakat luas. Cerdas, gaul, kekinian tidak ada salahnya, tapi tetap harus inspiratif dan menjunjung akhlaqul karimah yang baik tentunya.

Salam hormat dariku, pendidik muda dengan segudang cita-cita..

Komentar

Posting Komentar

Cerita Unggulan

Tentang JICBS#3 !!

Beberapa waktu yang lalu, sebelum aku benar-benar lupa tentang mereka yang pernah singgah di kehidupanku yang dinamis tiap akhir pekan, maka aku ingin menyematkan semua yang teringat dalam ingatan untukku tuangkan melalui goresan kecil dalam cerita ini. Cerita ini tentang petualanganku dengan mereka, remaja-remaji ajaib yang entah sudah menjadi suratan takdir aku harus bertemu dengan mereka. Di awali dengan tawaran teman kuliahku yang lucunya seperti Majin Buu dalam manga Dragon Ball itu untuk mengikuti pelatihan jurnalistik islami di Jakarta Islamic Centre bertajuk “JICBS#3” melalui google document yang dia kirimkan di hari itu ba’da shalat Jumat. Aku yang memang suka sekali terhadap hal-hal yang bersifat challenging sedari dulu akhirnya mengisi juga form tersebut. Singkat kata akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi di sana. Sebuah pengalaman baru menantiku, baca berita di panggung! . Untuk orang yang terbiasa mengurusi bermacam kegiatan di kampus dan me...

Temanku, Rivalku! (ups)

Ada pepatah jawa yang penulis ingat belakangan ini, berbunyi “ Witing tresno jalaran soko kulino ” yang artinya kurang lebih cinta bisa datang karena sering bertemu. Terdengar pas pepatah tersebut jika dikaitkan dengan keadaan 2 sahabat penulis yang kesemuanya lelaki, yang pada saat ini ‘sepertinya’ menaruh hati pada satu wanita yang sama dan dibawah naungan komunitas yang sama pula. Lalu apa ada yang salah? Tidak ada. Intensitas pertemuan yang berkesinambungan bisa saja dijadikan alasan untuk perasaan itu hadir. Toh, jika hati itu berpendar dengan semestinya bukankah merupakan sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Atau mungkin mengatasnamakannya dalam sebuah persahabatan yang terjalin erat? Di film beken bollywood Kuch Kuch Hota Hai, SRK menerjemahkan rasa itu dengan istilah: Love is Friendship . Bukan sesuatu yang salah kan? Aku mengenalmu, aku bersahabat denganmu, aku memahamimu, lantas apa salah jika aku berharap lebih padamu? Sekali lagi perasaan itu hadir diantara...

Nice To Meet You.. (Chapter 2)

Sebelumnya di  Chapter 1..   Bus Transjakarta yang aku naiki masih melaju dengan tenang.. “ Hai. Aku Alif Yusuf. Tadi penjelasanmu tentang patung di Bunderan Senayan itu bagus lho”. Kataku menyapanya memulai percakapan dengan gadis itu. Gadis itu menghentikan bacaannya lalu mendengarkan sapaanku tadi sambil mengerenyitkan dahi. Kami masih dibatasi keponakannya yang berdiri di bangku sambil melihat lalu lalang jalan dari balik jendela. “ Alif?”. Tanyanya. Aku pun mengangguk. “ A.. EL.. I.. EF..?”. Ejanya menyebut namaku. “ Iya benar. Itu namaku”. Jelasku padanya. Matanya berpendar menatapku lalu kemudian dia tertawa geli sendiri. Entah apa yang ada dibenaknya ketika mendengar namaku saat ini. Tapi senyum dan tawanya itu mampu untuk menarik simpatiku padanya. “ Mungkin kamu pernah mendengar namaku ya? Aku novelis. Novel pertamaku menjadi best seller tahun kemarin!”. Jelasku mengejar maksud tawanya itu. “ Tidak. Bahkan aku tak tahu novelmu yang m...