Dalam
kesempatan penulisan kali ini, penulis ingin menceritakan perbincangan penulis
dengan seorang teman wanita yang sejak bulan Ramadhan lalu telah mengubah
penampilan sehari-hari dengan berhijab. Perbincangan ini tidak mengandung
tendensi apapun, hanya sebagai bentuk penulisan bersifat suka-suka dan tidak
bermaksud sama sekali untuk menggurui siapapun.
“Bagaimana perasaan
kamu setelah berhijab?”.
“Jauh lebih tenang
sekarang”.
“Cuma sesimpel itu?
Selebihnya?”.
“Banyak sih
sebenarnya…”.
“Merasa lebih dekat
dengan Allah, lebih dihargai orang lain kalau di jalan, juga jadi gak ada
pandangan aneh-aneh yang liatin”.
“Oooo.. Lalu hal apa
yang mendorong kamu untuk mengenakan hijab?”.
“Sebenarnya niat sudah
sejak lama lho, tapi terkadang aku masih suka labil. Takut risihlah. Inilah
itulah, jadinya malah gak terlaksana juga..”. (Menghela nafas sejenak).
“Nah, waktu itu seragam
yang aku pakai longgar banget kerahnya. Aku kan jadi malu. Jadi aku ada akal
untuk menutupinya dengan hijab. Kebetulan juga kan waktu itu bulan puasa. Eh,
ternyata mungkin hidayah atau apa ya namanya, aku koq jadi merasa nyaman gitu
dengan keadaan kondisiku saat itu yang berhijab. Lalu aku mantapkan hati untuk
menggunakannya sampai sekarang”.
“Lalu, pandangan
orang-orang disekitar kamu gimana?”.
“Banyak banget yang
komentar. Tapi Alhamdulillah, semuanya positif. Malah ada yang komentar, kenapa
gak dari dulu aja berpenampilan begini”.
“Terus, apa ada niat
memperdalam agama?”.
“PASTILAH”. (Mantap
nian jawabnya).
“Yang terakhir nih.
Pesan kamu buat wanita diluar sana yang katanya belum siap berhijab tuh!”.
“Hmm.. apa ya? Kalau
menurutku sih, menutup aurat bagi wanita dalam islam itu penting ya. Jadi
sebaiknya berpenampilanlah yang sesuai dengan aturan agama kita. Itu aja koq”.
“OK deh. Makasih atas
waktunya Nov..”.
“Iya..”.
Komentar
Posting Komentar