Langsung ke konten utama

Catatan Seorang Sahabat


Hari ini penulis akan ceritakan sebuah kisah tentang seorang anak manusia yang menjadi teman karib semenjak SMA. Seorang Pathetic Boy yang selalu punya impian, harapan, berjiwa ekspektasi yang tinggi terhadap sesuatu, agamis dan beretorika kelas kacangan yang berkumpul menjadi satu dalam hati seorang filsuf dari tanah perfilman Bollywood. Tanpa bermaksud mengurangi dan menjatuhkan reputasi orang tersebut dengan tulisan sederhana ini, Penulis dengan permintaan khusus dari beliau akan membuat cerita tentang dirinya. Bagi yang berkenan membacanya, penulis ucapkan terima kasih.

Masa Orientasi Siswa Hari ke 3..

Keadaan masih terasa pagi. Langkah demi langkah siswa mulai memasuki pelataran sekolah itu. Ada yang masih celingukan karena belum punya teman, ada yang terlihat cukup bodoh untuk ukuran siswa SMA serta ada juga yang beriringan berjalan meski masih tetap berbeda seragamnya. Semua membaur dalam suasana masa orientasi siswa yang telah memasuki hari ketiga ini. Jam di dinding kelas yang penulis lihat dari balkon sekolah dilantai 2 tempat mengamati kejadian-kejadian pagi ini pun masih menunjukkan pukul 7 kurang. Para siswa senior tampak asyik bercanda gurau didepan kelasnya. Semua menjadi teramat riuh rendah bersuara. Penulis bergeming. Pandangan kembali dilanjutkan ke tiap-tiap orang yang melewati gerbang sekolah. Hingga akhirnya, muncul dua orang yang cukup unik menggelitik sisi humoris penulis. Yang satu bertumbuh tambun dengan tas selempang dan rambut jabriknya. Dan yang satu lagi tampak seperti engkong-engkong berbaju hijau dengan raut muka yang menyebalkan. Mereka terlihat akrab meski berbeda dalam urusan seragam sekolah. Keduanya sepertinya telah mengenal lama satu sama lain. Mereka berbicara sejenak, lalu mereka berpisah. Si Tambun berjalan menuju kantin sedangkan Si Engkong berbaju hijau itu menuju kelas dibawah lantai penulis berdiri hingga akhirnya dia menghilang terhalang tembok yang tidak bisa dijangkau mata penulis. Penulis kehilangan pandangan tentang makhluk ajaib yang satu tadi. Tapi ya sudahlah, mungkin siswa yang bertampang dewasa tadi cuma akan jadi figuran di tahun ajaran baru sekolah ini sampai lulus nanti.

Bel pun berbunyi memaksa penulis menghentikan pengamatan terhadap isi sekolah barunya kemudian bergegas berlari menuruni tangga dari lantai itu dan mungkin tanpa disadari olehnya, hari itu dia baru saja melihat seseorang yang akan menjadi teman karibnya hingga saat tulisan ini dibuat.


Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan siswa baru telah aktif dalam lingkungan baru sekolahnya. Si siswa bertampang dewasa itu berbeda kelas dengan penulis. Namanya Agus Santoso, dengan nama beken Franky yang merupakan pemberian julukan dari rekan sekelasnya yang merasa wajahnya mirip Frankenstein yang ada di film horror-horror barat ( hahaha..). Penulis belum begitu mengenal orang itu secara dekat. Tampangnya yang tampak kurang bersahabat dan sifatnya yang tidak begitu akrab membuat penulis malas untuk sekedar bertegur sapa dengannya. Baru ketika masuk tahun ajaran baru dan menapaki suasana baru di kelas 2 kita berada dalam kelas yang sama, keakraban itu muncul diantara kami. Ternyata Franky itu pribadi yang menyenangkan. Dia master dalam bidang komentator sepakbola, mengenal profil bintang, tim elite dalam dan luar negeri, strategi manager serta lain sebagainya yang berkaitan dengan urusan bola sepak tersebut. Dia juga seorang fans berat film india yang mengidolakan scenes ketika Shah Rukh Khan membaca puisi di hari ulang tahunnya dilanjutkan dengan menari Aakhee Khuli di film Mohabbatein, Menunggu datangnya bintang jatuh seperti adegan Kuch Kuch Hota Hai, atau berharap datangnya siswa baru mirip Rani Mukherjee ke sekolah ini.. haha.

Franky adalah sebuah antitesa buat penulis. Pepatah kuno yang terkadang cukup relevan ditengah kehidupan bahwa Don’t Look a Book By It’s Cover berlaku juga pada teman yang satu ini. Berbeda dengan tampangnya yang menyebalkan, ternyata dia seorang pribadi yang sangat bersahabat. Semua siswa menyukainya, mengakrabinya, dan senda gurau bersama. Meski terkadang suka ngambek bila yang lain bercanda keterlaluan, tapi dia adalah teman yang seharusnya menjadi sahabat. Teman yang bisa diajak berpikir serius, berpikir sedikit serius, berpikir kurang serius dan berpikir yang tidak bermutu sekalipun. Dia lah teman yang menjadi rival main PS sepulang sekolah di rental favorit murid yang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah. Rental yang dikenal karena ada pohon asem di dekat tempat itu.

Franky sama seperti murid-murid lain yang juga punya mimpi dalam hidupnya, punya keinginan yang kuat dalam membangun karirnya kedepan dan senantiasa berdoa setiap selesai sholat, berkeyakinan teguh dalam membangun apa yang dicita-citakannya nanti. Franky bukan tipe orang yang gampang menyerah dalam menghadapi ujian sekolah. Dia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Kadang-kadang juga melakukan hal yang lumrah digunakan siswa pada umumnya yaitu mencontek. Bukan contoh yang baik untuk ditiru ya!! Itu hanyalah sekelumit kisah sewajarnya seorang siswa di sekolah.. haha.

Franky juga punya kisah yang indah dalam urusan percintaan di sekolah. Ini dikarenakan seorang gadis mungil jilbab berkacamata yang menjadi adik kelas semasa sekolah itu. Gadis yang begitu mencuri perhatiannya, memasuki relung-relung hatinya dan selalu menggoda dalam pikirannya. Gadis yang selalu dipujanya, menjadi standart dia dalam menilai kualitas seorang wanita pilihan hidupnya kelak. Dia menjadi Secret Admirer untuk gadis itu. Gadis yang dijuluki dengan “Champions” sesuai dengan piala supremasi terbesar yang diperebutkan klub besar di daratan biru Eropa. Sampai suatu ketika, si Pengagum Rahasia ini pernah terserempet sebuah Vespa saat tatapannya tak kunjung lepas dari gadis manis kutu buku itu. Semua teman menertawainya, tapi apalah daya kawan.. kadang perasaan itu bisa membuat seseorang jadi tampak begitu bodoh dihadapan siapapun. Franky menyadari hal itu.

Membahas franky adalah membahas seorang pria dengan segala kegalauannya saat itu. Dia seperti seorang cameo yang cuma melintas sesaat dalam sebuah scenes sebuah film yang mencoba tertarik pada pemeran wanita terbaik dalam film yang sama. Franky galau disaat istilah galau belum sepopuler sekarang. Dia berada dalam tahap yang dilematis dalam sebuah percintaan di SMA. Apalagi banyak teman –teman yang lain mulai mengetahui bahwa ia menaruh hati pada adik kelas itu. Ditambah lagi dengan isu bahwa wanita yang didambanya itu telah menambatkan hatinya pada teman sekelasnya.  Hati teman penulis ini mungkin sedang kacau, tapi tidak pernah ditampakkannya. Dia begitu tegar. Semua tertawaan teman sekolah yang lain bukan menjadi beban berarti baginya. Dia nampak tenang meski mungkin perasaannya disembunyikan di relung terdalam jiwanya. Sambil menyanyi lagu India sedih dia terpaku disudut kelas. Hahaha..

Franky dengan segala keunikannya telah memberi warna tersendiri pada kehidupan SMA penulis waktu itu. Dengan semua pertemanan yang terjalin, kisah dan nasehat dari dia yang terkadang ada benarnya juga memberi inspirasi pada setiap perjalanan hidup penulis, terlebih jika sedang nonton film Bollywood dan liga Champions. Kini beliau dengan segala kegigihannya sedang disibukkan dengan rutinitasnya sebagai seorang pekerja. Semua dijalani dengan penuh keikhlasan sambil tetap menanti dan mencari pendamping hidup yang tepat untuk masa tuanya. Disaat semua teman seangkatannya sudah membangun biduk keluarga kecil nan bahagia, beliau tetap menjaga semua asa dan mimpinya. Berharap hidup dapat terus berkembang dengan baik, melewati sengitnya penyisihan yang berlangsung hingga mencapai final ideal buatnya guna menggapai piala Champions yang diidamkannya. Mungkin tidak seperti “piala” saat itu, tapi mungkin mendapat “piala” lain yang jauh lebih prestisius lagi, baik dalam kebahagiaan dunia dan juga cinta.

GOOD LUCK brader!! Sukses terus. Ini tulisan sederhana gue yang loe minta untuk menggambarkan diri loe dan tulisan inilah yang gue dedikasikan dari sudut pandang teman loe yang bodoh ini. Semoga semua yang diharapkan dapat tercapai kawan!!.

Komentar

Cerita Unggulan

Tentang JICBS#3 !!

Beberapa waktu yang lalu, sebelum aku benar-benar lupa tentang mereka yang pernah singgah di kehidupanku yang dinamis tiap akhir pekan, maka aku ingin menyematkan semua yang teringat dalam ingatan untukku tuangkan melalui goresan kecil dalam cerita ini. Cerita ini tentang petualanganku dengan mereka, remaja-remaji ajaib yang entah sudah menjadi suratan takdir aku harus bertemu dengan mereka. Di awali dengan tawaran teman kuliahku yang lucunya seperti Majin Buu dalam manga Dragon Ball itu untuk mengikuti pelatihan jurnalistik islami di Jakarta Islamic Centre bertajuk “JICBS#3” melalui google document yang dia kirimkan di hari itu ba’da shalat Jumat. Aku yang memang suka sekali terhadap hal-hal yang bersifat challenging sedari dulu akhirnya mengisi juga form tersebut. Singkat kata akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi di sana. Sebuah pengalaman baru menantiku, baca berita di panggung! . Untuk orang yang terbiasa mengurusi bermacam kegiatan di kampus dan me...

Temanku, Rivalku! (ups)

Ada pepatah jawa yang penulis ingat belakangan ini, berbunyi “ Witing tresno jalaran soko kulino ” yang artinya kurang lebih cinta bisa datang karena sering bertemu. Terdengar pas pepatah tersebut jika dikaitkan dengan keadaan 2 sahabat penulis yang kesemuanya lelaki, yang pada saat ini ‘sepertinya’ menaruh hati pada satu wanita yang sama dan dibawah naungan komunitas yang sama pula. Lalu apa ada yang salah? Tidak ada. Intensitas pertemuan yang berkesinambungan bisa saja dijadikan alasan untuk perasaan itu hadir. Toh, jika hati itu berpendar dengan semestinya bukankah merupakan sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Atau mungkin mengatasnamakannya dalam sebuah persahabatan yang terjalin erat? Di film beken bollywood Kuch Kuch Hota Hai, SRK menerjemahkan rasa itu dengan istilah: Love is Friendship . Bukan sesuatu yang salah kan? Aku mengenalmu, aku bersahabat denganmu, aku memahamimu, lantas apa salah jika aku berharap lebih padamu? Sekali lagi perasaan itu hadir diantara...

Nice To Meet You.. (Chapter 2)

Sebelumnya di  Chapter 1..   Bus Transjakarta yang aku naiki masih melaju dengan tenang.. “ Hai. Aku Alif Yusuf. Tadi penjelasanmu tentang patung di Bunderan Senayan itu bagus lho”. Kataku menyapanya memulai percakapan dengan gadis itu. Gadis itu menghentikan bacaannya lalu mendengarkan sapaanku tadi sambil mengerenyitkan dahi. Kami masih dibatasi keponakannya yang berdiri di bangku sambil melihat lalu lalang jalan dari balik jendela. “ Alif?”. Tanyanya. Aku pun mengangguk. “ A.. EL.. I.. EF..?”. Ejanya menyebut namaku. “ Iya benar. Itu namaku”. Jelasku padanya. Matanya berpendar menatapku lalu kemudian dia tertawa geli sendiri. Entah apa yang ada dibenaknya ketika mendengar namaku saat ini. Tapi senyum dan tawanya itu mampu untuk menarik simpatiku padanya. “ Mungkin kamu pernah mendengar namaku ya? Aku novelis. Novel pertamaku menjadi best seller tahun kemarin!”. Jelasku mengejar maksud tawanya itu. “ Tidak. Bahkan aku tak tahu novelmu yang m...