Langsung ke konten utama

Melankolia!

Kamu yakin mau membaca tulisan ini? Aku menjamin kamu akan mual membacanya. Entah angin apa pula yang menuntunku untuk menulismu. Tulisan ini cuma tentang cinta. Iya. Ini hanya bercerita tentang perasaan yang berupa-rupa warna dan bentuknya itu. Perasaan yang membuat hatimu berdebar tak menentu, mengubah dirimu yang tadinya ganjil menjadi tergenapi, dia hadir laksana kompas yang menjadi penunjuk arah tujuan yang mungkin kamu cari selama ini. Kamu yang mengeja terlalu dalam tentang cinta, apa sadar bagaimana dia hadir untukmu? Mencuri dalam diam di keheningan malammu dan membuatmu tanpa sadar menyelipkan namanya dalam setiap bait-bait doa. Apa kamu menyadari hal itu? Selama ini selalu ada didekatmu. Ada berjuta perasaan yang tertawan berkata hal yang sama tentang itu. Bukankah menjadi satu adalah tujuanmu yang sesungguhnya. Cinta.. lagi-lagi ini bicara mengenaimu.

Terkadang pipi bersemu merah menahan malu. Aku terlalu banyak menginterpretasikanmu dalam ragam mozaik dan syair-syair berurai airmata. Namun, saat itu datang mungkin aku salah tingkah. Kamu jauh dari yang kubayangkan. Aku malu akan segala penafsiran yang kusampaikan, karena bisa jadi kamu jauh lebih dari itu, namun sayangnya aku tergesa menilaimu. Kamu ya kamu! Gambaran bagaimana keadaannya hanya kamu yang mampu mengutarakannya.
 
Kamu juga begitu, yang kelak mendamba menjadi Khadijah atau Fatimah dalam sebuah mahligai, ini juga bercerita untukmu. Kamu yang tidak tahu bagaimana perjuanganku menghadapi keras kepalamu, idealisme atau segala sesuatu yang kamu anggap baik untukmu. Lantas juga seriusmu, tawamu dan senyum terbaik yang terukir indah disana cukup untuk membuatku bertahan dalam waktu yang lama.

Lihatlah bagaimana aku bercerita akan cahayamu yang berpendar menyilaukan mata. Tingkahmu yang tak luput dari pesona dan membiarkan semua terbuai larut dalam kata-kata. Lagi-lagi ini cuma tentang kamu, impian dan kenyataan yang ada dihadapku. Apa berlebihankah deskripsi ini menurutmu?

Ah.. ini hanya mengenaimu cinta. Membuat melankolia hadir begitu saja..

Komentar

Cerita Unggulan

Tentang JICBS#3 !!

Beberapa waktu yang lalu, sebelum aku benar-benar lupa tentang mereka yang pernah singgah di kehidupanku yang dinamis tiap akhir pekan, maka aku ingin menyematkan semua yang teringat dalam ingatan untukku tuangkan melalui goresan kecil dalam cerita ini. Cerita ini tentang petualanganku dengan mereka, remaja-remaji ajaib yang entah sudah menjadi suratan takdir aku harus bertemu dengan mereka. Di awali dengan tawaran teman kuliahku yang lucunya seperti Majin Buu dalam manga Dragon Ball itu untuk mengikuti pelatihan jurnalistik islami di Jakarta Islamic Centre bertajuk “JICBS#3” melalui google document yang dia kirimkan di hari itu ba’da shalat Jumat. Aku yang memang suka sekali terhadap hal-hal yang bersifat challenging sedari dulu akhirnya mengisi juga form tersebut. Singkat kata akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi di sana. Sebuah pengalaman baru menantiku, baca berita di panggung! . Untuk orang yang terbiasa mengurusi bermacam kegiatan di kampus dan me...

Temanku, Rivalku! (ups)

Ada pepatah jawa yang penulis ingat belakangan ini, berbunyi “ Witing tresno jalaran soko kulino ” yang artinya kurang lebih cinta bisa datang karena sering bertemu. Terdengar pas pepatah tersebut jika dikaitkan dengan keadaan 2 sahabat penulis yang kesemuanya lelaki, yang pada saat ini ‘sepertinya’ menaruh hati pada satu wanita yang sama dan dibawah naungan komunitas yang sama pula. Lalu apa ada yang salah? Tidak ada. Intensitas pertemuan yang berkesinambungan bisa saja dijadikan alasan untuk perasaan itu hadir. Toh, jika hati itu berpendar dengan semestinya bukankah merupakan sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Atau mungkin mengatasnamakannya dalam sebuah persahabatan yang terjalin erat? Di film beken bollywood Kuch Kuch Hota Hai, SRK menerjemahkan rasa itu dengan istilah: Love is Friendship . Bukan sesuatu yang salah kan? Aku mengenalmu, aku bersahabat denganmu, aku memahamimu, lantas apa salah jika aku berharap lebih padamu? Sekali lagi perasaan itu hadir diantara...

Nice To Meet You.. (Chapter 2)

Sebelumnya di  Chapter 1..   Bus Transjakarta yang aku naiki masih melaju dengan tenang.. “ Hai. Aku Alif Yusuf. Tadi penjelasanmu tentang patung di Bunderan Senayan itu bagus lho”. Kataku menyapanya memulai percakapan dengan gadis itu. Gadis itu menghentikan bacaannya lalu mendengarkan sapaanku tadi sambil mengerenyitkan dahi. Kami masih dibatasi keponakannya yang berdiri di bangku sambil melihat lalu lalang jalan dari balik jendela. “ Alif?”. Tanyanya. Aku pun mengangguk. “ A.. EL.. I.. EF..?”. Ejanya menyebut namaku. “ Iya benar. Itu namaku”. Jelasku padanya. Matanya berpendar menatapku lalu kemudian dia tertawa geli sendiri. Entah apa yang ada dibenaknya ketika mendengar namaku saat ini. Tapi senyum dan tawanya itu mampu untuk menarik simpatiku padanya. “ Mungkin kamu pernah mendengar namaku ya? Aku novelis. Novel pertamaku menjadi best seller tahun kemarin!”. Jelasku mengejar maksud tawanya itu. “ Tidak. Bahkan aku tak tahu novelmu yang m...