
Terkadang
pipi bersemu merah menahan malu. Aku terlalu banyak
menginterpretasikanmu dalam ragam mozaik dan syair-syair berurai
airmata. Namun, saat itu datang mungkin aku salah tingkah. Kamu jauh
dari yang kubayangkan. Aku malu akan segala penafsiran yang
kusampaikan, karena bisa jadi kamu jauh lebih dari itu, namun
sayangnya aku tergesa menilaimu. Kamu ya kamu! Gambaran bagaimana
keadaannya hanya kamu yang mampu mengutarakannya.
Kamu
juga begitu, yang kelak mendamba menjadi Khadijah atau Fatimah dalam
sebuah mahligai, ini juga bercerita untukmu. Kamu yang tidak tahu
bagaimana perjuanganku menghadapi keras kepalamu, idealisme atau
segala sesuatu yang kamu anggap baik untukmu. Lantas juga seriusmu,
tawamu dan senyum terbaik yang terukir indah disana cukup untuk
membuatku bertahan dalam waktu yang lama.
Lihatlah
bagaimana aku bercerita akan cahayamu yang berpendar menyilaukan
mata. Tingkahmu yang tak luput dari pesona dan membiarkan semua
terbuai larut dalam kata-kata. Lagi-lagi ini cuma tentang kamu,
impian dan kenyataan yang ada dihadapku. Apa berlebihankah deskripsi
ini menurutmu?
Ah..
ini hanya mengenaimu cinta. Membuat melankolia hadir begitu saja..
Komentar
Posting Komentar