Namaku Alif Yusuf.
Seorang novelis muda yang mencoba mengulangi kesuksesan dari novel
pertama yang ku terbitkan tahun lalu. Saat ini aku sedang didalam
busway koridor satu Blok M – Kota. Sedari perjalananku mencari
buku-buku bekas di Blok M, tujuanku berikutnya adalah Kota Tua
Jakarta. Di novelku berikutnya, aku ingin sekali mengeksplore
tentang sejarah Jakarta sebagai setting ceritanya. Ide itu adalah
impian lama yang coba aku wujudkan.
“TANTEEE..
Patung itu seperti pengantar pizza yang kemarin datang ke rumah ya!”.
Anak lelaki itu tiba-tiba bangkit dan berdiri di bangkunya sambil
menunjuk keluar jendela kaca. Aku yang berada di sampingnya kaget
bukan kepalang.
“Itu
Patung Pemuda Membangun, Haikal sayang..”. Jelas gadis itu dengan
lembut.
“Buat
apa sih patung seperti itu dibangun tante? Apa ada gunanya ya?”.
“Jelas
ada dong Haikal. Tujuannya untuk mendorong semangat membangun yang
pada hakekatnya harus dilakukan oleh para pemuda atau orang-orang
yang berjiwa muda. Oleh karena itu patung itu diberi nama “Patung
Pemuda Membangun”. Begitulah kira-kira Haikal. Kamu mengerti?”.
Lanjut gadis itu detil. Aku yang turut mendengarkan penjelasannya
menjadi tertarik oleh pengetahuan yang dia miliki.
“Tapi
kenapa patung itu membawa nampan ya tante. Bukannya bawa cangkul saja
seperti pak tani?”. Keponakannya bertanya dengan polosnya. Aku
menjadi tersenyum geli.
“Ah
kamu ini. Itu obor bukannya nampan sayang.. Makna obor adalah sebagai
alat penerang dan dalam artian filosofis adalah untuk menerangi hati
dan jiwa yang gelap. Jadi diharapkan kaum muda mengambil peran
penting dalam pembangunan bangsa. Partisipasi aktif dalam memajukan
tanah air sangat diperlukan karena melalui tangan pemuda lah terletak
cita-cita dan harapan masa depan”.
Haikal
mengangguk-angguk tanda mengerti. Gadis manis berjilbab itu tersenyum
sambil mencubit pipi gembil keponakannya lalu membuka tas
selempangnya dan kemudian larut membaca buku yang dibawa. Sementara
aku, kini penasaran ingin menelisik gadis itu lebih jauh.
Komentar
Posting Komentar