Langsung ke konten utama

Nice To Meet You.. (Chapter 1)

Namaku Alif Yusuf. Seorang novelis muda yang mencoba mengulangi kesuksesan dari novel pertama yang ku terbitkan tahun lalu. Saat ini aku sedang didalam busway koridor satu Blok M – Kota. Sedari perjalananku mencari buku-buku bekas di Blok M, tujuanku berikutnya adalah Kota Tua Jakarta. Di novelku berikutnya, aku ingin sekali mengeksplore tentang sejarah Jakarta sebagai setting ceritanya. Ide itu adalah impian lama yang coba aku wujudkan.

Sesampai di halte Masjid Agung, ada gadis muda berjilbab yang ku perkirakan seusia denganku dengan seorang anak lelaki kecil seusia SD tingkat awal masuk ke dalam busway yang ku tumpangi. Dia duduk dua bangku di deretan yang ku duduki. Ada anak lelaki kecil itu menjadi pemisah diantara kami satu sama lain. Aku dengan sikap cuek memandangi mereka berdua. Kacamata minusku mencoba mempertegas wajah gadis itu. Cukup cantik juga rupanya. Tidak kalah dengan teman sekampus yang sedang tekun aku dekati belakangan ini.

“TANTEEE.. Patung itu seperti pengantar pizza yang kemarin datang ke rumah ya!”. Anak lelaki itu tiba-tiba bangkit dan berdiri di bangkunya sambil menunjuk keluar jendela kaca. Aku yang berada di sampingnya kaget bukan kepalang.

“Itu Patung Pemuda Membangun, Haikal sayang..”. Jelas gadis itu dengan lembut.

“Buat apa sih patung seperti itu dibangun tante? Apa ada gunanya ya?”.

“Jelas ada dong Haikal. Tujuannya untuk mendorong semangat membangun yang pada hakekatnya harus dilakukan oleh para pemuda atau orang-orang yang berjiwa muda. Oleh karena itu patung itu diberi nama “Patung Pemuda Membangun”. Begitulah kira-kira Haikal. Kamu mengerti?”. Lanjut gadis itu detil. Aku yang turut mendengarkan penjelasannya menjadi tertarik oleh pengetahuan yang dia miliki.

“Tapi kenapa patung itu membawa nampan ya tante. Bukannya bawa cangkul saja seperti pak tani?”. Keponakannya bertanya dengan polosnya. Aku menjadi tersenyum geli.

Image result for patung bunderan senayan“Ah kamu ini. Itu obor bukannya nampan sayang.. Makna obor adalah sebagai alat penerang dan dalam artian filosofis adalah untuk menerangi hati dan jiwa yang gelap. Jadi diharapkan kaum muda mengambil peran penting dalam pembangunan bangsa. Partisipasi aktif dalam memajukan tanah air sangat diperlukan karena melalui tangan pemuda lah terletak cita-cita dan harapan masa depan”.

Haikal mengangguk-angguk tanda mengerti. Gadis manis berjilbab itu tersenyum sambil mencubit pipi gembil keponakannya lalu membuka tas selempangnya dan kemudian larut membaca buku yang dibawa. Sementara aku, kini penasaran ingin menelisik gadis itu lebih jauh.

Komentar

Cerita Unggulan

Temanku, Rivalku! (ups)

Ada pepatah jawa yang penulis ingat belakangan ini, berbunyi “ Witing tresno jalaran soko kulino ” yang artinya kurang lebih cinta bisa datang karena sering bertemu. Terdengar pas pepatah tersebut jika dikaitkan dengan keadaan 2 sahabat penulis yang kesemuanya lelaki, yang pada saat ini ‘sepertinya’ menaruh hati pada satu wanita yang sama dan dibawah naungan komunitas yang sama pula. Lalu apa ada yang salah? Tidak ada. Intensitas pertemuan yang berkesinambungan bisa saja dijadikan alasan untuk perasaan itu hadir. Toh, jika hati itu berpendar dengan semestinya bukankah merupakan sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Atau mungkin mengatasnamakannya dalam sebuah persahabatan yang terjalin erat? Di film beken bollywood Kuch Kuch Hota Hai, SRK menerjemahkan rasa itu dengan istilah: Love is Friendship . Bukan sesuatu yang salah kan? Aku mengenalmu, aku bersahabat denganmu, aku memahamimu, lantas apa salah jika aku berharap lebih padamu? Sekali lagi perasaan itu hadir diantara

Tentang JICBS#3 !!

Beberapa waktu yang lalu, sebelum aku benar-benar lupa tentang mereka yang pernah singgah di kehidupanku yang dinamis tiap akhir pekan, maka aku ingin menyematkan semua yang teringat dalam ingatan untukku tuangkan melalui goresan kecil dalam cerita ini. Cerita ini tentang petualanganku dengan mereka, remaja-remaji ajaib yang entah sudah menjadi suratan takdir aku harus bertemu dengan mereka. Di awali dengan tawaran teman kuliahku yang lucunya seperti Majin Buu dalam manga Dragon Ball itu untuk mengikuti pelatihan jurnalistik islami di Jakarta Islamic Centre bertajuk “JICBS#3” melalui google document yang dia kirimkan di hari itu ba’da shalat Jumat. Aku yang memang suka sekali terhadap hal-hal yang bersifat challenging sedari dulu akhirnya mengisi juga form tersebut. Singkat kata akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi di sana. Sebuah pengalaman baru menantiku, baca berita di panggung! . Untuk orang yang terbiasa mengurusi bermacam kegiatan di kampus dan me

Welcome JICBS#4

Ahad, 9 April 2017 kemarin, bertempat di ruang teater Jakarta Islamic Centre, acara bertajuk “ Stadium General ” diadakan dalam rangka pengumuman akhir siapa saja yang berhasil dengan skor nilai memuaskan dari seleksi di minggu sebelumnya untuk masuk menjadi bagian dari program tahunan yang ada disana, yaitu JIC Broadcast School (JICBS) angkatan ke 4. Yup.. jika kamu bertanya apa di angkatan kali ini jauh lebih keren dan berbakat dibanding angkatan penulis di JICBS#3 , jawabannya akan tentatif sekali, bisa ya namun bisa juga tidak. Tapi bagi penulis yang kebetulan menghadiri acara rilis ini, mendapati sekumpulan pemuda dan pemudi islam yang dirasa mempunyai potensi jauh luar biasa dibandingkan angkatan sebelumnya. Hal itu bisa dilihat dari sikap kritis yang ditunjukkan saat sesi tanya jawab seputar film “Masjid Sahabatku” yang memenangkan penghargaan untuk kategori film terbaik pada angkatan kami sebelumnya. Banyak kritik serta saran yang membangun dari para “adik” kami te